Assassin’s Creed Shadows menuai kontroversi sejak pertama kali diumumkan oleh Ubisoft. Yang mana akhirnya fans mendapatkan Assassin’s Creed yang mengambil latar era feodal Jepang. Akan tetapi, para penggemar justru kecewa oleh penampilan sang protagonis, Yasuke.
Petisi Pembatalan Assassin’s Creed Shadows
Menurut data dari Change.org, petisi yang dibuat oleh Shimizu Toru ini menjelaskan bahwa game ini tidak sesuai atau tidak akurat dengan sejarah samurai yang ada di Jepang. Menurutnya, game ini merupakan penghinaan serius terhadap budaya Jepang bahkan menuduh bahwa game ini rasis.
Hingga artikel ini dibuat (09/07), petisi tersebut sudah ditandatangani sebanyak 74,257 dan angka ini terus bertambah dengan 3,098 orang yang sudah menandatangani petisi tersebut hari ini.
Meskipun mengalami kontroversi dan banyaknya orang yang menandatangani petisi ini, Assassin’s Creed Shadows tampaknya tidak akan sungguhan dibatalkan. Dan tampaknya perilisan game ini tetap akan dilaksanakan di berbagai platform pada 15 November mendatang ke beberapa platform.
Mengapa Assassin’s Creed Shadow Jadi Kontroversi?
Petisi ini ada sebagai bentuk protes para penggemar terhadap protagonis, Yasuke, yang dibuat sebagai samurai berkulit gelap. Mereka menganggap karakter kulit gelap tidak cocok memerankan protagonis di Assassin’s Creed Shadows sampai dicap menghina budaya Jepang.
Menurut beberapa sumber, Yasuke adalah tokoh nyata yang hidup di era Feodal Jepang. Namun, tak diketahui siapa nama asli dan asal kelahirannya. Para ahli percaya bahwa Yasuke berasal dari daerah yang sekarang bernama Etiopia, Mozambik, atau Sudan.
Kegaduhan dan protes dari penggemar ini tak dapat dipungkiri mengarah pada perilaku rasisme yang bersembunyi dibalik gimik “ketidaksesusaian latar”. Nah, menurut kalian sendiri gimana nih, brott?